• Jelajahi

    Copyright © Narasi Riau
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Publikasi Hasil Pengukuran Desa Belantaraya Tahun 2022 – 2024

    , Oktober 02, 2024 WIB Last Updated 2024-10-03T11:41:47Z
    NARASIRIAU.COM - INHIL, Stunting merupakan keadaan dimana anak memiliki tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) yang tidak sesuai dengan usianya yaitu memiliki batas (z-score) kurang dari -2SD. 

    Stunting dapat dipengaruhi oleh faktor langsung maupun tidak langsung. Faktor langsung yang berhubungan dengan stunting yaitu karakteristik anak seperti jenis kelamin, berat badan lahir rendah, kebiasaan makan, riwayat infeksi. 

    Faktor tidak langsung yang mempengaruhi stunting adalah pola pemberian ASI, pendidikan ibu, tempat tinggal, dan status ekonomi keluarga. Stunting mencegah anak mencapai potensi fisik dan kognitifnya. 

    Stunting pada anak mengakibatkan penurunan sistem imunitas tubuh dan meningkatkan risiko terkena penyakit infeksi. Anak stunting juga memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita penyakit degenerative (tekanan darah tinggi, diabetes, jantung dan obesitas) saat dewasa. 

    Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) telah mengalami penurunan dari 24.4% (2021) menjadi 21.6% (2022). Prevalensi tersebut masih masuk dalam kategori tinggi (>20%) berdasarkan kriteria World Health Organization (WHO). Periode 1000 hari pertama kehidupan perlu mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan dan produktivitas seseorang dimasa depan. 

    Intervensi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) anak merupakan intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting. 

    Intervensi anak stunting memerlukan konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis pemerintah serta dunia usaha/masyarakat. Pada tahun 2024, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah membuat Surat Keputusan Desa/ Kelurahan Lokasi Fokus (Lokus) Intervensi Penurunan Stunting dan menetepakan 26 lokus desa/ kelurahan untuk intervensi spesifik dan sensitive. 

    Desa Belantaraya yang terletak di Kecamatan Gaung merupakan salah satu desa lokus stunting, sehingga memiliki tanggung jawab dalam pencegahan dan penurunan stunting di tingkat desa atau kelurahan.

    1. Hasil Analisis Data Pengukuran Stunting 
    A. Faktor Determinan yang Memerlukan Perhatian

    Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita khususnya baduta meliputi (1) Akses air bersih dan jamban sehat sulit didapat dibeberapa wilayah, (2) Perilaku yang kurang sehat seperti kebiasaan membuang sampah di sungai, menggunakan jamban cemplung dan perilaku merokok masih sulit dirubah, (3) Beberapa balita yang mengalami masalah gizi berhubungan dengan tingkat kemampuan ekonomi atau keluarga miskin, (4) Pemberian ASI Eksklusif belum berjalan efektif karena masih ada bayi yang diberi makanan selain ASI sebelum usia 6 bulan dan ada beberapa ibu yang tidak menyusui anak sampai minimal 6 bulan, (5) Masih ada anak dengan gizi kurang yang tidak menghabiskan PMT pemulihan karena rasanya kurang disukai, (6) Masih ada ibu/ keluarga yang memberi makanan bayi dan anak dengan tekstur yang tidak sesuai berdasarkan usianya, (7) Masih banyak masyarakat utamanya diwilayah sulit terjangkau yang belum mengetahui informasi tentang stunting dan cara pencegahannya, dan (8) Masih ada remaja putri yang tidak menghabiskan TTD yang didapat karena kurangnya motivasi diri ataupun minat untuk mengonsumsi TTD secara teratur.

    2. Perilaku Kunci Rumah Tangga 1.000 HPK yang Masih Bermasalah 
    Tim pencegahan dan penangulangan stunting terintegrasi kabupaten Indargri Hilir bersama dengan Puskesmas juga telah melakukan monitoring sekaligus analisa masalah yang terjadi didesa menunjukkan Pola Asuh Balita, Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat masih membutuhkan Intervensi dan pembinaan, Ibu hamil Anemia dan kurang Energi Kronis telah mendapatkan PMT (Pemberian Makanan Tambahan). Dengan adanya penanganan Ibu Hamil KEK tersebut menunjukkan pendampingan dapat menekan terjadinya stunting dan BBLR dari ibu hamil Kurang Energi Kronis dan Anemia yang ada

    3. Kelompok Sasaran Beresiko
    Pencegahan stunting harus berfokus pada kelompok sasaran berisiko seperti Remaja putri, Calon Pengantin Ibu Hamil, Bayi, dan Usia Bawah dua tahun (Baduta). Remaja putri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat dan berperilaku sehat, sehingga bayi yang dikandungpun dapat lahir dengan selamat, sehat dan cerdas. Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk mendapatkan ASI eksklusif dan Pemberian Makan Bayi dan Anak yang sesuai sehingga pertumbuhan otaknya dapat optimal dan tumbuh menjadi anak yang sehat pintar dan cerdas serta bebas dari stunting, sehingga dapat meningkatkan IPM Desa/ Kelurahan dimasa depan.


    2. UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN
    Berbagai upaya yang telah dilakukan di Desa/Kelurahan bersama Puskesmas dan lintas sektor terkait seperti PKK Desa/Kelurahan. Pemerintahan Kecamatan Gaung bersama dengan pihak puskesmas guna menurunkan angka stunting membuat upaya perbaikan gizi di masa 1.000 Hari pertama Kehidupan (HPK) dengan kegiatan sebagai berikut: 

    1. Kegiatan pengukuran bayi/ balita rutin (utamanya melakukan validasi pengukuran oleh kader terhadap anak-anak yang terindikasi mengalami masalah status gizi).
    2. Kegiatan penyuluhan pencegahan stunting pada masyarakat.
    3. Kegiatan penyuluhan dan demonstrasi pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) sesuai usia.
    4. Kegiatan penyuluhan pada remaja putri dan ibu hamil mengenai pentingnya mengkonsumsi tablet tambah darah. Namun ada beberapa rematri dan ibu hamil yang tidak mengkonsumsi TTD secara rutin meskipun telah mendapatkannya karena kurangnya motivasi diri ataupun minat dalam mengkonsumsi TTD.
    5. Kegiatan penyuluhan ASI Eksklusif, IMD dan pendidikan gizi lain pada ibu hamil. 
    6. Pemberian Vitamin A pada bayi dan balita, pemberian obat cacing pada balita.
    7. Memberi penyuluhan terkait kesehatan reproduksi tentang pernikahan dini, namun masih ditemukan adanya pernikahan dini.
    8. Bayi dan balita gizi kurang dan buruk sudah dilakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia telah mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan TTD. Dengan adanya intervensi pada beberapa kelompok tersebut maka dapat menekan terjadinya stunting, gizi kurang, gizi buruk, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
    9. Melakukan kegiatan Kolaborasi Tim Kabupaten di Desa Belantaraya yaitu upaya pencegahan stunting,edukasi gizi bagi anak dan remaja serta ibu hamil.

    Pemerintah di Desa/Kelurahan sangat mengharapkan dukungan dari berbagai sektor untuk menangani dan mencegah bertambahnya balita stunting di kecamatan kemuning melalui konvergensi Pencegahan Stunting yang akan dilaksanakan sebelum musrenbangdes. Pemerintah desa diharap dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi aktif dalam hal ini.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini