• Jelajahi

    Copyright © Narasi Riau
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Analisis Data Pengukuran Stunting Kelurahan Kampung Baru Tahun 2022-2024

    , Oktober 02, 2024 WIB Last Updated 2024-10-03T11:39:10Z
    NARASIRIAU.COM - INHIL, Dari grafik diatas dapat dilihat terjadinya Penurunan angka stunting pada tahun 2022 terdapat 7 orang balita stunting di Kelurahan kampung Baru, namun pada saat tahun 2023 terdapat balita stunting sebanyak 4 orang, dan pada tahun 2024 terdapat Kembali balita stunting dengan jumlah 2 orang, hal ini di sebabkan karena Upaya dalam penurunan angka stunting.

    1. PREVALENSI STUNTING
    Stunting disebabkan oleh masalah asupan gizi yang dikonsumsi selama kandungan
maupun masa balita. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum masa kehamilan, serta masa nifas, terbatasnya layanan kesehatan seperti pelayanan antenatal,pelayanan post natal dan rendahnya akses makanan bergizi, rendahnya akses sanitasi dan air bersih juga merupakan penyebab stunting. Multi faktor yang sangat beragam tersebut membutuhkan intervensi yang paling menentukan yaitu pada 1000 HPK ( 1000 hari pertama kehidupan ). 

    Salah satu dampak stunting adalah tidak optimalnya kemampuan kognitif anak yang akan berpengaruh terhadap kehidupannya ke depan. Oleh karena itu stunting merupakan prediktor buruknya kualitas sumber daya manusia yang selanjutnya akan berpengaruh pada pengembangan potensi bangsa. 
    Stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis pada balita yang menyebabkan gangguan pertumbuhan linear (RPL). Menurut WHO Child Growth Standart stunting didasarkan ada pada pengukuran panjang badan atau tinggi badan menggunakan batas Z score dengan indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) < -2 SD. Keputusan Menteri Kesehatan No.2 Tahun 2020 Tentang Standar Antorpometri penilaian status gizi anak dibedakan menjadi 2 yaitu stunted (pendek / z score < -2SD) dan severely stunted (sangat pendek / z score < -3SD. Periode 0-24 bulan merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Untuk itu diperlukan pemenuhan gizi yang adekuat pada usia ini. 

    Indonesia menduduki peringkat ke lima dunia dan tertinggi di Asia Tenggara untuk jumlah anak dengan kondisi stunting. Prevalensi stunting di Indonesia menempati peringkat kelima terbesar di dunia. Data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi stunting dalam lingkup nasional sebesar 37,2%, terdiri dari prevalensi pendek sebesar 18,0% dan sangat pendek sebesar 19,2%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami masalah kesehatan masyarakat yang berat dalam kasus balita stunting.

    Pada tahun 2024, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan Rembuk Stunting dengan menetapkan 26 lokus desa/kelurahan untuk intervensi spesifik dan sensitive pada lokus tersebut. Kelurahan Kampung Baru sebagai salah satu kelurahan yang menjadi lokus stuntng memiliki tanggung jawab dalam pencegahan dan penurunan Stunting di tingkat Desa. 

    1. FAKTOR DETERMINAN
    Beberapa faktor determinan yang mempengaruhi stunting adalah asupan makan yang tidak memadai, ASI eksklusif, lingkungan rumah dan faktor dari ibu.  Ibu yang mempengaruhi stunting diantaranya kurang gizi selama pra konsepsi sampai menyusui, penyakit infeksi, kesehatan mental ibu, jarak kelahiran pendek, kehamilan usia remaja, pendidikan dan tinggi badan pendek. Selain itu berat lahir dan kebiasaan merokok juga sangat berpengaruh pada kejadian stunting pada balita. 

    Beberapa wilayah mengalami kesulitan dalam akses air bersih dan jamban yang mana hal tersebut merupakan perilaku yang sulit untuk diubah dan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya masalah gizi. 

    1. UPAYA YANG DILAKUKAN
    2. Memberikan asuhan gisi pada balita yang termasuk stunting
    3. Melakukan penyuluhan kepada setiap orang tua terkait kebersihan lingkungan terutama jamban
    4. Memberikan makanan tambahan local (MT LOKAL) yang masih berjalan sampai sekarang
    5. Melakukan pengukuran pada balita setiap bulan
    6. Memberikan edukasi kepada orantua terkait anak untuk dibawa ke posyandu tiap bulannya untuk mengetahui pemantauan pertumbuhan
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini