NARASIRIAU.COM - INHIL, Publikasi Hasil Pengukuran Desa Belantaraya Kecamatan Gaung Tahun 2022-2024, Grafik Jumlah Balita Stunting Kecamatan Gaung Tahun 2022, 2023 dan 2024 dan Dari grafik di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan balita stunting di Kecamatan Gaung.
Berbagai upaya yang telah dilakukan di Kecamatan Gaung guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 HPK antara lain:
1. Koordinasi dengan lintas sektor mengenai pencegahan dan penanganan Stunting
2. Penyuluhan, sosialisasi ASI Eksklusif, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), kesehatan reproduksi, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
3. Kelas Ibu hamil
4. Kelas Ibu Balita
5. Pemberian dan Edukasi Pentingnya Konsumsi Tablet Tambah Darah bagi remaja putri
6. Pemberian vitamin A pada bayi dan balita
7. Pemberian obat cacing
Faktor determinan yang memerlukan perhatian di Kecamatan Gaung, Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi balita adalah:
1. Paparan asap rokok
Banyak balita yang terpapar asap rokok dilingkungan rumah karena adanya perokok aktif dalam keluarga, sehingga berisiko memperburuk kondisi stunting membuat daya tahan tubuh anak menurun.
2. Tingkat pendidikan orang tua balita masih rendah
Tingkat Pendidikan orang tua balita yang masih rendah berdampak pada kurangnya pemahaman mereka tentang pentingnya kecukupan gizi dan pola asuh yang baik untuk mencegah stunting dan juga dapat menghambat akses terhadap informasi kesehatan yang memadai.
3. Pernikahan dini
Remaja yang menikah belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang kehamilan dan perawatan gizi bayi. Tubuh ibu akan bersaing untuk mendapatkan gizi dengan bayi yang dikandungnya. Organ reproduksi remaja, seperti rahim, belum terbentuk sempurna sehingga berisiko mengganggu perkembangan janin. Secara fisik, psikologi, ekonomi remaja belum siap untuk menghadapi kehamilan dan merawat anak.
4. Belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap
Masih banyak orangtua tidak mau membawa anaknya untuk diberikan imunisasi dengan alasan khawatir terhadap efek sampingnya. Imunisasi yang tidak lengkap menyebabkan anak lebih rentan terhadap penyakit yang berpengaruh terhadap status gizi dan tumbuh kembang anak.
5. Tidak mendapat ASI Ekslusif
Masih banyak ibu balita tidak memberikan anaknya ASI Eksklusif dengan berbagai alasan salah satunya larangan kerabat terdekat, suami , dll. Terkadang orangtua lebih memberikan anaknya susu formula dibandingkan memberikan ASI eksklusif kepada anaknya.
6. Tidak memiliki jamban sehat
Masih banyak masyarakat yang belum memiliki jamban sehat. Masyarakat cenderung memilih BAB/BAK ke sungai, hal ini tentu menjadi penyebab terjadinya stunting pada anak karena dapat terjadinya gangguan pencernaan seperti diare.
7. Sarana air bersih yang kurang
Ada beberapa desa yang belum memenuhi standar akses air bersih. Masyarakat lebih memilih MCK (Mandi Cuci Kakus) di sungai. Kurangnya akses terhadap air bersih juga menjadi salah satu faktor memperburuk status kesehatan balita karena berisiko terkena penyakit terkait sanitasi dan kebersihan.
8. Penyakit Kronis
Adanya balita dengan riwayat penyakit kronis juga menjasi salah satu faktor memperburuk kondisi stunting. Karena penyakit tersebut mempengaruhi penyerapan gizi dan menghambat tumbuh kembang anak.
2. Perilaku kunci rumah tangga 1.000 HPK yang masih bermasalah di Kecamatan Gaung.
Dari hasil monitoring pelayanan Ibu Hamil, PHBS Rumah Tangga, dan pola asuh pada balita masih membutuhkan pembinaan berupa:
1. Pemberian PMT pada bumil KEK, balita gizi kurang, gizi buruk dan Stunting
2. Pemberian susu bagi balita gizi kurang
3. Kelompok Sasaran Beresiko di Kecamatan Gaung
Kelompok beresiko Stunting yang perlu mendapatkan perhatian lebih diantaranya Remaja Putri, CATIN, Ibu Hamil, Bayi dan Bawah dua tahun ( BADUTA). Mempersiapkan remaja putri yang nantinya akan menjadi calon ibu dengan memberikan TTD dan menjadi calon pengantin pada usia idealnya, agar nantinya hamil dalam keadaan sehat dan melahirkan bayi yang sehat juga. Bayi yang lahir juga harus mendapatkan IMD dan Asi Eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI harus sesuai dengan kebutuhan gizi anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai usianya.